saptoda

Sunday, October 01, 2006

ST FRANCIS XAVIERST
FRANSISKUS XAVERIUS (Translated by Saptoda)

Francis Xavier was born in Navarre, Spain in 1506. After having completed a preliminary course of studies in 1525, Francis went to Paris and entered the university, where he studied and later taught philosophy. Francis wanted a career as a professor until he met St. Ignatius of Loyola, who was planning the foundation of the "Society of Jesus" (the Jesuits).

St. Fransiskus Xaverius lahir di kota Navarre, Spanyol tahun 1506. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya tahun 1525, Fransiskus pergi ke Paris dan masuk ke sebuah universitas, ia belajar dan selanjutnya mengajar filsafat di tempat itu. Fransiskus ingin berkarir sebagai seorang profesor sampai suatu ketika ia bertemu St Ignatius Loyola, yang berencana mendirikan "Sarikat Yesus" (ordo Jesuit).

St. Ignatius soon won the confidence of the young man, who gave up the idea of an academic career and instead offered to help in the formation of the Society. In June 1537, Francis was ordained priest. And when the Jesuit order was finally approved, he was appointed by John III, King of Portugal, to evangelize the people of the East Indies.

St Ignatius segera dapat meyakinkan Fransiskus muda, yang kemudian melepaskan cita-cita akademisnya tersebut dan menawarkan diri membantu pendirian ordo Jesuit. Bulan Juni tahun 1537, Fransiskus ditahbiskan menjadi seorang imam. Dan ketika ordo Jesuit akhirnya diijinkan berdiri, Fransiskus ditunjuk oleh Yohanes III, Raja Portugal, untuk mewartakan Injil kepada penduduk di Hindia Timur.

Francis left Rome on March 16, 1540. After a tedious and dangerous voyage, he landed at Goa, India on May 6, 1542. He devoted almost three years to the work of preaching to the people of Western India, converting many, and reaching in his journeys even the Island of Ceylon. In July, 1545, he went to Malacca, and then the Molucca Islands in Indonesia.

Fransiskus meninggalkan kota Roma tanggal 16 Maret 1540. Setelah mengarungi pelayaran yang melelahkan dan penuh bahaya, Fransiskus tiba di Goa, India tanggal 6 Mei 1542. Ia membaktikan dirinya selama hampir tiga tahun memberikan khotbah kepada penduduk India Barat, mempertobatkan banyak orang, dan ia bahkan berlayar sampai ke negeri Srilangka. Bulan Juli 1545, ia pergi ke Malaka, selanjutnya menuju Kepulauan Maluku, Indonesia.

In August 1549, Francis landed at the city of Kagoshima in Japan. He devoted the first year to learning the Japanese language and translating the principal articles of faith. When he was able to express himself, Xavier began preaching.

Bulan Agustus 1549, Fransiskus mendarat di kota Kagoshima, Jepang. Ia menghabiskan waktu selama setahun untuk mempelajari bahasa Jepang dan menerjemahkan ajaran pokok iman Katolik. Ketika telah mampu mrnguasai bahasa Jepang, barulah Fransiskus mulai memberikan khotbah.

Leaving Kagoshima about August, 1550, he penetrated to the centre of Japan, preached the Gospel in the cities of southern Japan and established several Christian communities. Towards the end of the same year he reached Meaco, then the principal city of Japan. After working about two a half years in Japan he finally returned to Goa, arriving there at the beginning of 1552.

Setelah meninggalkan kota Kagoshima sekitar bulan Agustus 1550, Fransiskus kemudian memasuki jantung kota kerajaan Jepang, mewartakan Injil di kota-kota bagian selatan Jepang dan mendirikan beberapa komunitas Kristiani. Menjelang akhir tahun itu, Fransiskus tiba di kota Meaco, yang pada saat itu merupakan ibukota kerajaan Jepang. Setelah berkarya sekitar dua setengah tahun di kerajaan Jepang, akhirnya ia kembali ke Goa, dan sampai di sana pada awal tahun 1552.

During his stay in Japan Francis had heard much of the Chinese Empire and now began to plan an expedition there. In the autumn of 1552 he arrived on the ship Santa Cruz at the small Chinese island of Shangchuan, near the southern coast of China. While planning the best means for reaching the mainland, he was taken ill, and removed to the land, where a rude hut had been built to shelter him. In these wretched surroundings Francis Xavier died on December 2, 1552, at age of 46.

Selama berada di Jepang, Fransiskus banyak mendengar berita mengenai Kekaisaran Cina dan ia berencana melakukan ekspedisi ke sana. Pada musim gugur tahun 1552, Fransiskus tiba dengan kapal Santa Cruz di pulau kecil yang bernama Shangchuan yang terletak di pantai sebelah selatan kerajaan Cina. Selagi merencanakan cara yang paling baik untuk mencapai daerah yang ditujunya, Fransiskus jatuh sakit lalu dibawa ke daratan dan sebuah pondok sederhana kemudian didirikan sebagai tempat bernaungnya. Di tengah lingkungan yang buruk ini pada tanggal 2 Desember 1552, Fransiskus Xaverius meninggal pada usia 46 tahun.

Francis was buried on the island in a wooden coffin. Two layers of quicklime were added in order to accelerate the process of corruption, which would facilitate the transference of his bones. Two and a half months later, the coffin was unearthed. To the surprise of all present, after the lime had been removed, they found the body totally incorrupt, as if it were still alive. And a sweet fragrance is said to have issued from the coffin. After replacing the lime, the coffin was sailed to Malacca. On arrival it was opened and the body was still found to have the freshness of a living person. The body was then buried this time without a coffin.

Fransiskus dimakamkan di pulau tersebut di dalam sebuah peti kayu. Dua bongkah batu kapur dimasukkan ke dalamnya agar proses penghancuran jasadnya menjadi lebih cepat sehingga mempermudah pemindahan tulang belulangnya. Dua setengah bulan kemudian, peti tersebut dibongkar. Di luar dugaan semua orang yang hadir di tempat itu, setelah batu kapur disingkirkan, mereka menemukan jasad Fransiskus sama sekali tidak hancur, tubuhnya seperti masih hidup. Dan semerbak bau harum konon tercium dari peti tersebut. Setelah mengganti batu kapur, peti mati tersebut kemudian dikapalkan ke kota Malaka. Ketika sampai, peti tersebut segera dibuka dan jasad Fransiskus masih didapati seperti orang hidup. Jasadnya kemudian dikuburkan kembali, kali ini tanpa peti.

In December 1553, the body was once again unearthed, fount incorrupt and taken to Goa, where till today it remains intact, after more than 400 years. The body is enshrined in the Basilica of Bom Jésus in a silver casket which is lowered for public viewing during special exposition. In 1619, Francis Xavier was beatified by Paul V, and in 1622 he was finally canonized.

Pada bulan Desember 1553, jasad Fransiskus kembali digali, dan karena tidak hancur jasadnya kemudian dibawa ke Goa dan hingga kini jasadnya tetap utuh walau sudah berusia 400 tahun lebih. Jasadnya kini diabadikan di Basilika Bom Jesus dalam sebuah peti perak dan masayarakat dapat melihatnya pada acara khusus. Pada tahun 1619, Fransiskus Xaverius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V, dan tahun 1622 ia akhirnya dinyatakan sebagai orang kudus.

St. Francis is considered the greatest Christian missionary since the time of the Apostles. During his ten years in India, the East Indies, and Japan, Francis is said to have baptizing more than 40,000.

St Fransiskus dipandang sebagai misionaris Kristen terbesar sejak zaman Para Rasul dan selama sepuluh tahun di India, Hindia Timur, dan Jepang, Fransiskus Xaverius dikabarkan telah membaptis lebih dari 40.000 orang.

Francis Xavier had a reputation as a miracle-worker and there are numerous stories about the wonders he caused. Several times his prayers are said to have calmed storms at sea, preserved ships from pirate attacks, and steered them safely into port.

St. Fransiskus Xaverius memiliki reputasi dapat mengadakan mukjizat dan banyak sekali cerita mengenai keajaiban yang dilakukannya. Doa-doa yang dipanjatkannya dikabarkan beberapa kali berhasil meredakan badai di laut, menjaga kapal dari serangan bajak laut dan membawanya dengan selamat sampai di pelabuhan.

One story, reported by two eye witnesses, told how Francis, while sailing on the Santa Cruz from Malacca to China in 1552, converted sea water into fresh water.

Salah satu cerita yang dilaporkan oleh dua orang saksi mata, menceritakan bagaimana St. Fransiskus, sewaktu berlayar dengan kapal Santa Cruz dari Malaka ke Cina tahun 1552, merubah air laut menjadi air tawar.

In "The Miracles of Francis Xavier" by Peter Paul Rubens, Francis brings a number of dead persons back to life, including an Indian child who had drowned in a well, a miracle attested to by many as early as 1543. In the same painting a blind Japanese man is given sight, another mans ability to walk is restored, and a third is cured of demonic possession.

Dalam sebuah lukisan "Mukjizat St. Fransiskus Xaverius" karya Peter Paul Rubens, St. Fransiskus menghidupkan kembali sejumlah orang yang telah meninggal dunia, termasuk seorang anak India yang mati tenggelam di dalam sebuah sumur, mukjizat tersebut ditegaskan oleh banyak orang pada awal tahun 1543. Dalam lukisan yang sama seorang pria Jepang yang buta diberi penglihatan, pria lainnya diberi kesembuhan berjalan kembali, dan pria lainnya lagi disembuhkan dari kerasukan roh jahat.

It is said that Francis did not experience bodily discomforts. Early biographers relate how he walked barefoot through Japanese mountains during the winter of 1552. Since all his thoughts were directed to God, he felt no pain.

Konon St. Fransiskus tidak mengalami kesakitan jasmaniah. Penulis biografi saat itu menceritakan bagaimana ia berjalan tanpa alas kaki melewati gunung-gunung di Jepang pada musim dingin tahun 1552. Karena perhatiannya hanya tercurah kepada Tuhan sajalah sehingga ia tidak merasakan rasa sakit.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home